RANGKUMAN
BUKU DASAR-DASAR LOGIKA
Penulis :
Drs. Surajiyo
Drs. Sugeng Astanto, M.Si.
Dra. Sri Andiani

OLEH :
IRMAWATI
16.04.010
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
TAHUN AJARAN 2016-2017
Bagian Pertama
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
BAB 1
APA ITU LOGIKA ?
A.
PENGERTIAN LOGIKA
1. Sejarah
Perkataan Logika
Perkataan
logika diturunkan dari kata sifat logike,bahasa
Yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos,berarti
pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran. Hal ini membuktikan
bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara pikiran dan perkataan yang
merupakan pernyataan dalam bahasa.
Nama logika pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad
ke-1 Sebelum Masehi), tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisasi
(sekitar permulaan abad ke-3 Sesudah Masehi) adalah orang pertama yang
mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita. (K.Bertens,1975,hml.137-138).
2. Beberapa
Batasan Logika dari Para Filsuf dan Ilmuan
1.
Habullah Bakry
Logika
adalah ilmu pengetahuan yang mengatur tentang penelitian hokum-hukum akal
manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. Logika juga
mempelajari aturan-aturan dan cara berfikir yang dapat menyampaikan manusia
kepada kebenaran dan logika mempelajari pekerjaan akal dipandang dari aspek
benar atau salah.
2.
N. Drijakara
Logika
adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susuna atau bentuk pikiran
manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
3.
Fudyartanta
Logika
adalah ilmu yang mempelajari secara mendalam tentang kebenaran berfikir. Dengan
kata lain, logika adalah ilmu radikal tentang berfikir yang benar,supaya
hasilnya benar.
4.
Nuril Huda
Logika
adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum
sebagai pegangan untuk berfikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang
valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana.
5.
Ir. Poedjawijatna
Logika
adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tekhnik berfikir untuk
mengetahui bagaimana manusia berfikir dengan semestinya.
6.
A.B Hutabarat dalam
bukunya Logika (1967),yang merupakan
terjemahan bebas dari karya A. Vloemans dan Regis Jolivet
Logika
adalah ilmu berfikir yang tepat,dan sekedar dapat menunjukkan adanya kekliruan
di dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakkan,maka
hakikat dari logika dapa pula disebut tekhnik berfikir. Sebagai ilmu berfikir
yang tepat maka tujuannya adalah untuk memperjelas isi atau komprehensi serta
luasnya atau ekstensi dari suatu pengertian atau istilah dengan mempergunakan
definisi-definisi yang tajam.
B.
OBJEK LOGIKA
Objek
logika adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Yang dibedakan menjadi 2 objek,yaitu :
1. Onjek
material,yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Atau hal yang diselidiki,dipandang atau disoroti suatu yang
disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja,baik konkret ataupun hal yang
abstrak.
2. Objek
formal,yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau sudut dari mana objek material itu disorot.
C.
SEJARAH LOGIKA
Awal
lahirnya logika tidak dapat dilepaskan dari upaya para Yunani. ,ereka berusaha
menganalisis kaidah-kaidah berfikir dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
membuat kesimpulan. Ahli piker yang mempelopori perkembangan logika sejak awal
lahirnya adalah Aristoteles (248-322 SM). Perkembangan logika setelah masa
Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridnya, diantaranya Theoprastus dan
Porphyrius.
Theoprastus
adalah pemimpin aliran peripatetic (warisan gurunya) yang telah menyumbangkan
pemikiran tentang pengertianyang mungkin (yaitu pengertian yang tidak mendukung
kontradiksi dalam dirinya) dan sifat asasi dari setiap kesimpulan ( harus
mengikuti unsur terlemah dalam pangkal pikir).
Phorphyrius
adalah seorang ahli piker dari Iskandariah yang amat terkenal dalam bidang
logika. Yang telah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam
logika,yang dinamakan eisagoge.
Perkembangan
logika juga mengalami kendala.Pada tahun 325 M,dimana Kaisar Konstantin
bertakhta, telah berlangsung sidang gereja pertama di dunia, yaitu Nicae yang
dihadiri para Bishop dan Patriach. Salah satu keputusan yang diambil adalah
membatasi pelajaran logika hanya sampai perihermenias,sedangkan bagian-bagian
lain dilarang.
1.
Perkembangan Logika pada Zaman Islam
Upaya
untuk mengembangkan logika, tampak dari upaya beberapa filsuf Islam yang aktif menyalin
buku-buku karya Aristoteles kedalam bahasa Arab.
Memasuki
abad ke-14, banyak reaksi yang muncul terhadap pelajaran tentang logika. Mereka
dipandang terlalu memuja akal dalam mencari kebenaran sehingga banyak tuduhan
ekstrem kepada pemuja akal ini. Perkembangan logika semakin redup dengan
jatuhnya Andalusia pada pertengahan Abad
ke-20 hanya beberapa karya logika yang lahir,diantaraya karya Ibnu
Khaldun,Al-Duwani dan Al-Akhdhari.
2.
Perkembangan Logika Di Barat
Petrus
ALbertus (1079-1142 M) adalah ahli piker yang mencoba menghidupkan kembali
pelajaran logika diperguruan tinggi. Sejarah logika pertama-tama disusun oleh
Aristoteles,sebagai sebuah ilmu tentang hukum berfikir guna memelihara jalan
pikiran dari setiap kekeliruan.
D.
GUNA DAN MANFAAT LOGIKA
Kegunaan
logika :
1. Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara
rasional,kritis,lurus,tepat,tertib,metodis,dan koheren.
2. Meningkatkan
kemampuan berfikir secara abstrak,cermat,dan objektif
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan mandiri.
4. Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan. (Jan Hendrik
Rapar,1996).
Manfaat
logika :
1. Teoritis,
yaitu logika sebagai ilmu banyak menyajikan dalil-dalil, hukum berfikir
logis,dengan demikian logika mengajarkan tentang berfikir yang seharusnya.
2. Praktis,
yaitu akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis) dalam hal imajinasi
logis (kemampuan dalam menggambarkan sesuatu yang akan terjadi).
E.
HUBUNGAN LOGIKA DENGAN PSIKOLOGI,BAHASA
DAN METAFISIKA
1. Logika
dan Paikologi
Dalam psikologi
membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif
di dalam jiwa. Logika sebagai cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal
untuk berfikir (bagaiaman seharusnya).
2. Logika
dan Bahasa
Bahasa adalah alat
untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa,
orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan. Ilmu
bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar,dan logika menyajikan
tata cara dan kaidah berfikir secara lurus dan benar.
3. Logika
dan Metafisika
Metafisika adalah cabang fisafat yang
mempelajari hakikat realitas. Dengan demikian bagi logika,metafisika merupakan
kritik terhadap dalil-dalil dan hukum-hukumnya.
F.
PEMBAGIA LOGIKA
Pembagian
logika,yaitu :
1. Logika
Makna luas dan Logika Makna Sempit
2. Logika
Deduktif dan Logika Induktif
3. Logika
Formal dan Logika Material
4. Logika
Murni dan Logika Terapan
5. Logika
Filsafati dan Logika Matematik.
BAB 2
UNSUR-UNSUR PENALARAN
A.
PENGERTIAN DAN TERM
Pengertian
juga disebut konsep atau ide. Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari
bahasa Latih conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio yang berarti mengambil kedalam
dirinya, menerima,mengisap,menampung,menyerap,atau menangkap. Conceptus berarti cerapan,bayangan dalam
pikiran,pengertian dan tangkapan. Dalam logika pengertian diartikan sebagai akal manusia mengena suatu objek. Term adalah pernyataan lahiriah dari
pengertian.
1.
Komprehensi (Komotasi) dan Eksistensi
(Denotasi)
Komprehensi
bisa disamakan dengan isi. Eksistensi disamakan dengan kuluasan atau cakupan.
Setiap pengertian mempunyai isi dan cakupan. Komprehensi dirumuskan keseluruhan
arti yang dimaksudkan oleh suatu term. Sedangkan eksistensi adalah keseluruhan
hal yang ditunjuk oleh term.
B.
PEMBAGIAN DAN PENGGOLONGAN
1. Pembagian
Pembagian dalam logika
diartikan memecah belah atau menceraikan secara jelas berbeda ke bagia-bagian
dari sesuatu keseluruhan. Keseluruhan dibedakan menjadi keseluruhan logis
(menjadi predikat masing-masing bagiannya) dan keseluruhan realis (keseluruhan
yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing bagiannya).
a. Macam-macam
pembagian
1. Pembagian
logis
a). pembagian universal(term umum dibagi
kedalam term khusus).
b). pembagian dikotomi (dua golongan
yang saling terpisah).
2. Pembagian
Realis
1. Pembagian
esensial (pememecahbelahan sesuatu hal ke bagian-bagian dasar yang menyusunnya)
2. Pembagian
aksidental (pemecahbelahan sesuatu hal berdasarkan sifat-siafat yang menyertai
perwujudannya).
b. Hukum-Hukum
Pembagia
1. Pembagian
harus berjalan menurut sebuah asas tunggal
2. Pembagian
harus lengkap dan tuntas
3. Pembagian
harus jelas terpisah bagian-bagiannya.
2.
Penggolongan
Penggolongan
yakni, dari barang-barang,kejadian,fakta,atau proses alam kodrat individu yang
beraneka coraknya, menuju kearah keseluruhan yang sistematis dan bersifat umum
sampai tercapainya genus yang tertinggi.
a. Macam
– Macam Penggolongan
1. Penggolongan
kodrati ditentukan oleh kodrat,sifat dan atribut yang dapat ditemukan dari
bahan-bahan yang tengah diselidiki.
2. Penggolongan
buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis dari seseorang.
3. Penggolongan
diagnostik merupakan gabungan yang tidak sepenuhnya kodrati dan juga tidak
sepenuhnya buatan.
b. Hukum
Penggolongan
1. Penggolongan
harus hanya ada satu asas tertentu
2. Penggolongan
harus sampai tuntas dan jelas
3. Unsur-unsur
sebagai bagian untuk menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu dengan
yang lain.
c. Manfaat
penggolongan/klasifikasi
1. Membantu
pikiran untuk melihat sekilas fenomena pengelompokan yang kiranya memiliki
banyak variasi.
2. Memungkinkan
pikiran kita untuk memahami benang merah yang terdapat dalam hubungan antara
objek yang satu dengan objek lainnya.
3. Membantu
kita untuk memahami benda atau objek.
C.
DEFINISI
Definisi
dapat diartikan sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan dengan sesuatu term,
atau dengan kata lain definisi adalah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan
tentang arti suatu term.
1.
Macam-Macam Definisi
a. Definisi
Nominalis menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti.
6 macam definisi nominalis,yaitu :
1) Definisi
sinonim
2) Definisi
simbolis
3) Definisi
etimologis
4) Definisi
semantic
5) Definisi
stipulatif
6) Definisi
denotative
b. Definisi
Realis
Definisi Realis adalah penjelasan
tentang hal yang ditandai oleh suatu term. Trbagi atas 2 macam :
1) Definisi
Esensial,yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian yang menyusun
suatu hal. Dibedakan menjadi :
a. Definisi
analitis
b. Definisi
konotatif
2) Definisi
deskriptif,yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki
oleh sesuatu yang didefinisikan. Dibedakan antara :
a. Definisi
aksidental
b. Definisi
kausal
c. Definisi
Praktis
Definisi praktis adalah
penjelasan tentang sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuannya yang
sederhana. Dibagi menjadi 3 macam :
1. Definisi
opersional
2. Definisi
persuasif
3. Definisi
fungsional
2.
Syarat-Syarat Definisi
1. Sebuah
definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan.
2. Sebuah
definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan hal yang didefinisikan.
3. Sebuah
definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan.
4. Sebuah
definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif.
5. Sebuah
definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang
kabur atau bahasa kiasan.
D.
DASAR-DASAR PENALARAN
1. Logika
dan Bahasa
Logika atau berfikir
sebagai proses bekerjanya akal merupakam ciri hakiki dari manusia. Hal ini
tidak dapat diketahui oleh manusia jika tidak diungkapkan dalam bentuk bahasa.
Baha disini merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi
manusia.
a.
Fungsi Bahasa
1. Fungsi
ekspresif atau emotif tampak pada pencurahan rasa takut serta takjub yang
dilakukan pada pemujaan-pemujaan,demikian juga pencurahan seni suara maupun
seni sastra.
2. Fungsi
efektif atau praktis tampak jelas untuk menimbulkan efek psikologis terhadap
orang lain dan sebgai akibatnya memengaruhi tindakan mereka terhadap kegiatan
atau sikap tertentu yang diinginkan.
3. Fungsi
simbolis dipandang dalam arti luas,meliputi fungsi logis serta komunikatif,
karena arti dinyatakan dala simbol-simbol bukan untuk menyatakan fakta saja,
tetapi juga untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
b.
Bahasa dalam Logika
Pemikiran
manusia dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa,meskipun tidak semua yang
dipikirkan manusia dapat diungkapkan dengan tuntas. Kalimat berita atau
deklaratif dalam logika dinamakan pernyataan. Penilaian benar atau salah dalam
logika didasarkan atas pertimbangan akal. Pernyataan dalam logika di tinjau
dari bentuk hubungan makna yang dikandungnya maka pernyataan disamakan dengan
proposisi walaupun ada sedikit perbedaan namun pada umumnya sama. Proposisi
pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
proposisi tunggal,proposisi katrgoris,dan proposisi majemuk.
2. Prinsip
– Prinsip Penalaran
a. Prinsip
identitas
b. Prinsip
kontradiksi
c. Prinsip
eksklusi tertii
d. Prinsip
cukup alasan.
Bagian Kedua
PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS
BAB 3
PENALARAN LANGSUNG DAN PROPOSISI KATEGORIS
Penalaran
adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.
Penalaran terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung.
A.
PENGERTIAN PROPOSISI KATEGORIS
Proposisi
kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai
subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah.
Unsur-
unsur dalam proposisi kategoris sebagai berikut :
1. Term
sebagai subjek, hal yang diterangkan (S)
2. Term
sebagai predikat,hal yang menerangkan (P)
3. Kopula,
hal yang mengunkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat,dapat
mengiyakan atau mengingkari ,yang menunjukkan kualitas pernyataan.
4. Kuantor,
pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek,
Dalam
proposisi kategoris, jenis proposisi kategoris kuantitas dan kualitas kemudian
digabungkan. Dan menghasilkan 4 proposisi katergoris, yaitu :
1. Proposisi
Universal Afirmatif
2. Proposisi
Universal Negatif
3. Proposisi
Partikular Afirmatif
4. Proposisi
Partikular Negatif
B.
PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS
1. Penalaran
Perlawanan/Oposisi
Penalaran Perlawanan
atau Oposisi adalah sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung dengan
membandingkan antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dalam term
yang sama,tetapi bisa berbeda kuantitas ataupun kualitasnya untuk menentukan
kesahihan sebuah proposisi. Penalaran oposisi ada 4 macam, yakni
Kontraris,Kontradiksi,Subkontraris,dan Subalternasi.
Hukum Penalaran Oposisi
1.
Perlawanan kontradiksi (A-O dan I-E)
*jika
satu benar,maka yang lain tentu salah
*jika
yang salah satu,yang lain tentu benar
*tidak
ada kemungkinan ketiga
2.
Perlawanan Kontrasisi (A-E)
*jika
yang satu benar,yang lain tentu salah
*jika
yang satu salah, yang lain dapat benar,tetapi juga dapat salah.
*ada
kemungkinan ketiga, yakni kedeuanya sama-sama salah.
3.
Perlawanan Subkontraris (I-O)
*tidak
mungkin kedua-duanya salah
*bisa
pula kedua-duanya benar.
4.
Perlawana Subalternasi (A-I dan E-O)
*jika
A benar maka I pun benar
*jika
I benar, belum tentu A benar
*jika
E benar, O pun benar
*jika
O benar, belum tentu E benar
2. Penalarn
Eduksi
Penalaran eduksi
merupakan bentuk penalaran langsungdari suatu proposisi ke proposisi lain
dengan pengolahan term yang sama. Edukasi dapat dibagi menjadi 3, yaitu
konversi,inversi,dan kontraposisi.
Jika dianalisis subjek
dan predikat,ada 7 proposisi kategoris sebagai berikut :
1. Proposisi
Universal Afirmatif Ekuivalen
2. Proposisi
Universal Afirmatif Implikasi
3. Proposisi
Universal Negatif Eksklusif
4. Proposisi
Partikular Afirmatif Inklisif
5. Proposisi
Partikular
6. Proposisi
Partikular negative Inklusif
7. Proposisi
Partikular Negarif Implikasi
Penalaran
Eduksi terbagia atas 3 ,yakni :
1.
Konversi adalah jenis penyimpulan
langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat tanpa mengubah
makna.
2.
Inversiadalah jenis penyimpulan langsung
dengan cara menegasikan (mengingkari) subjek dan predikat ada proposisi.
3.
Kontraposisi adalah jenis penyimpulan
langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat serta
menegasikannya.
BAB
4
PENALARAN
TIDAK LANGSUNG PROPOSISI KATEGORIS
Penalaran
tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan atas dua proposisi atau lebih
sebagai premis kemudian disimpulkan. Penalaran tidak langsung ada tiga,yakni
induksi,deduksi,dan penyimpulan kausal.
A.
INDUKSI
Aristoteles
mendefinisikan induksi,yaitu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat
individu kepada yang bersifat universal. Di sini premisnya berupa
proposisi-proposisi singular,sedangkan kesimpulannya sebuah proposisi universal
yang berlaku secara umum. Maka induksi dalam bentukan ini disebut generalisasi.
*Ciri-ciri
Induksi,yaitu :
1.
Premis-premis dari induksi adalah
proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indra atau
proposisi dasar. Proposisi dasar menunjuk kepada fakta.
2.
Kesimpulan penalaran induksi itu lebih
luas daripada ada yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.
3.
Kesimpulan induksi itu memiliki
kredibilitas rasional. Kredibilitas rasional disebut probabilitas.
*Syarat-Syarat
Generalisasi
Penalaran
yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dan premis-premis yang berupa
proposisi empiris itu disebut generalisasi.
Generalisasi
menurut Soekadijo (1994) harus memenuhi 3 syarat sebagai berikut :
1.
Generalisasi harus tidak terbatas secara
numeric
2.
Generalisasi harus tiak terbatas secara spasio-temporal,artinya
tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
3.
Generalisasi harus dapat dijadikan dasar
pengandaian.
*Bentuk Generalisasi
Induksi
Dalam
induksi, tidak ada kesimpulan yang mempunyai nilai kebenaran yang pasti. Yang
ada hanya kesimpulan dengan probabilitas terendah atau tinggi.
Soekadijo (1994)
berpendapat factor-faktor probabilitas yaitu :
1.
Makin beasar jumlah fakta yang dijadikan
dasar penalaran induksi,makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
2.
Makin besar jumlah faktor analogi di
dalam premis, makin rendah probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
3.
Makin besar jumlah faktor disanaloginya
di dalam premis, makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
4.
Semakin luas kesimpulannya semakin
rendah probabilitasnya dan sebaliknya.
B.
DEDUKSI
Deduksi
adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu
proposisi atau lebih. Dalam deduktif, hasil usaha itu berupa ketentuan mengenai
deduksi yang shahih, yaitu bentuk deduksi, yang kalau premisnya benar,
kesimpulannya tentu juga benar.
C.
PENYIMPULAN KAUSAL
Penyimpulan
kausal banyak digunakan, baik dalam perenungan filsafati maupun dalam
penelitian ilmiah, yaitu penarikan kesinpulan yang didasarkan atas hubungan
sebab akibat. Metode kausal dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1. Metode
persesuaian disebut jugametode persamaan
2. Metode
perbedaan
3. Metode
gabungan persesuaian dan perbedaan
4. Metode
sisa
5. Metode
perubahan seiring.
BAB 5
SILOGISME KATEGORIS
A.
PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS
Silogisme
adalah prosesmenggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu
menjadi kesimpulan. Silogisme kategoris berarti argument yang terdiri atas tiga
proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan (premis),
satu menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi).
Seluruh
argument mengandung tiga proposisi, yakni:
1.
Pengertian yang menjadi subjek (S)
kesimpulan disebut term minor.
2.
Pengertian yang menjadi predikat (P)
kesimpulan disebut term mayor.
3.
Pengertian yang tidak terdapat dalam
kesimpulan, tetapi terdapat dalam kedua premis disebut term antara/pembanding
(M).
B.
BENTUK DAN MODUS SILOGISME
Silogisme
dibedakan menjadi 4 pola, yaitu :
1. Silogisme
Sub-Pre
2. Silogisme
Bis-Pre
3. Silogisme
Bis-Sub
4. Silogisme
Pre-Sub
C.
BENTUK SILOGISME YANG SAHIH
Susuna
silogisme ada 64, tentu saja tidak semuanya sahih. Beberapa susunan silogisme
yang sahih itu diberi nama dengan menggunakan ketiga huruf yang melambangkan
bentuk proposisi mayor,minor, dan kesimpulan. Berikut ini susuna silogisme yang
sahih dengan nama-namanya :
1. Bentuk
Silogisme Sub-Pre :
a. Premis
minor harus afirmatif;
b. Premis
mayor harus universal.
2. Bentuk
silogisme Bis-Pre
a. Salah
satu premis harus negative
b. Premis
mayor harus universal
3. Bentuk
silogisme Bis-Sub
a. Premis
minor harus afirmatif
b. Kesimpulan
harus particular
4. Bentuk
silogisme Pre-Sub
a. Jika
premis mayor afirmatif, premis minor harus universal
b. Jika
premis minor afirmatif,kesimpulan harus particular
c. Jika
salah satu premis negative, premis mayor harus universal.
D.
HUKUM DASAR PENYIMPULAN SILOGISME
KATEGORIS
Untuk
menentukan ketepatan dan kepastian kesimpulan,harus mengikuti aturan-aturan
tertentu yang langsung berbentuk rumusan silogisme berkesimpulan tepat dan
pasti. Aturan itu disebut hukum dasar penyimpulan yang muncul dari hakikat
silogisme itu. Aturan itu adalah :
1. Dua
hal yang sama,apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga,yang lain pun
pasti sama.
2. Dua
hal yang sama,apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ke tiga, sebagian
yang lain pun termasuk di dalamnya.
3. Antara
dua hal,apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ke tiga,dua hal
itu berbeda.
4. Apabila
sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan keseluruhan maka diakui pula
sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
5. Apabila
sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan
maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
6. Apabila
sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka meliputi pula
bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
7. Apabila
sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula olrh
bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
E.
METODE PRAKTIS PENYIMPULAN SILOGISME
KATERGORIS
1. Proposisi
Universal Afirmatif Equivalent
2. Proposisi
Universal Afirmatif Implikasi
3. Proposisi
Universal Negatif
4. Proposisi
Partikular Afirmatif Inklusif
5. Proposisi
Partikular Afirmatif Implikasi
Proposisi
particular negative inklusif dan proposisi particular negative implikasi, jika
dibuat dalam diagram himpunan,bentuknya sama dengan proposisi particular
afirmatif inklusif dan implikasi. Oleh karena itu, praktisnya ada lima
proposisi yang diolah dalam silogisme.
F.
KAIDAH-KAIDAH DALAM SILOGISME KATEGORIS
Terdapat
8 kaidah yang berlaku dalam penyusunan silogisme kategoris. Masing- masing 4
menyangkut term dan 4 menyangkut proposisi. Kaidah-kaidah tersebut sebagai
berikut :
1. Term
a. Silogisme
tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari 3 term (minor,mayor,menengah).
b. Term
antara (pembanding) tidak boleh masuk kedalam kesimpulan
c. Term
subjek dan predikat dala kesimpulan tidak boleh lebih luas dari term premis
d. Term
antara (pembanding) harus sekurang-kurangnya satu kali uncul sebagai term atau
pengertian universal.
2. Proposisi
a. Apabila
kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif
b. Kedua
premis tidak boleh negative. Premis yang keduanya negative tidak dapat
melahirkan kesimpulan.
c. Kedua
premis tidak boleh particular,setidak-tidaknya salah satu harus universal
d. Kesimpulan
harus mengikuti premis yang paling lemah.
G.
SILOGISME TIDAK BERATURAN
1. Entimema
Entimema adalah suatu bentuk silogisme
yang hanya menyebutkan premis atau kesimpulan saja atau keduanya tetapi ada
satu premis yang tidak dinyatakan.
2. Epikheirema
Epikheirema adalah suatu bentuk
silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai dangan alasan. Premis
yang disertai dengan alasan itu sebenarnya merupakan kesimpulan dari silogisme
tersendiri.
3. Sorites
Sorite adalah suatu bentuk silogisme
yang premisnya berkait-kaitan lebih dari 2 proposisi,sehingga kesimpulannya
berbentuk hubungan antara salah satu term proposisi pertama dengan salah satu
term proposisi terakhir yang keduamya buka term pembanding.
4. Polisilogisme
Polisilogisme adalah suatu bentuk
penyimpulan berupa berkaitan silogisme,sehingga ksesimpulan silogisme
sebelumnya selalu menjadi premis pada silogisme berikutnya.
Bagian Ketiga
SISTEM NILAI KEBENARAN
BAB 6
PENGOLAHAN PROPOSISI MAJEMUK
A.
PENGERTIAN PROPOSISI MAJEMUK DAN TABEL
KEBENARANNYA
Proposisi
majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar
atau salah. Proposisi majemuk dapat dibedakan menjadi 3,yaitu propsisi
hipotesisi,proposisi disjungtif,dan proposisi konjungtif.
1.
Proposisi Hipotesis
Proposisi
hipotesis adalah pernyataan yang tersdiri atas dua bagian, yang hubungan kedua
bagian itu adalah ketergantungan yang satu sebagai entesenden (premis) yang
satu sebagai konsekuaen (kesimpulan). Proposisi hipotesis terbagi atas 2 :
a. Proposisi
Hipotesisi Kondisional (ditandai dengan “jika…maka…”)
b. Proposisi
Hipotesis Bikondisional (ditandai dengan “jika dan hanya jika…maka…”)
2.
Proposisi Disjungtif
Proposisi
ini ditandai dengan “atau”. Proposisi dibagi menjadi 3 macam,yaitu :
a. Disjungsi
Eksklusif (ditandai dengan “atau”)
b. Disjungdi
Inklunsif (ditandai dengan ‘dan atau’ salah satu keduanya dapat benar,tidak
bisa keduanya salah.
c. Disjungsi
Alterntif menegaskan bahwa dua predikat dihubungkan dengan subjek yang sama.
Yang ditandai dengan “…dan…”.
3.
Proposisi Konjungtif
Proposisi
majemuk yang menegaskan bahwa dua predikat dihubungkan dengan subjek yang sama.
Proposisi ini ditandai dengan “…dan…”.
Bab
7
SILOGISME
MAJEMUK DAN DILEMA
A. PENGERTIAN
SILOGISME MAJEMUK
Silogisme
pada umumnya adalah suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua
pernyataan yang melahirkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya. Silogisme
majemuk dapat didefinisikan suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua
pernyataan,yang salah diantaranya merupakan pernyataan atas hubungan dua bagian
sebagai premis mayor yang dapat mewujudkan pernyataan lain sebagai
kesimpulannya.
B. BENTUK
SILOGIS MAJEMUK
1. Modus
Ponendo Ponen (MPP)
2. Modus
Tolendo Tolen
3. Modus
Tolendo Ponen
4. Modus
Ponendo Tolen
C. MACAM-MACAM
SILOGISME MAJEMUK
1. Silogisme
Hipotesis Disjungtif Inklusif
2. Silogisme
Hipotesis Disjungtif Eksekutif
3. Silogisme
Hipotesis Konjungtif
4. Silogisme
Hipotesis Kondisional
5. Silogisme
Hipotesis Bikondisional
D. DILEMA
Dilema
adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan serba salah. Macam-macam
dilema : Dilema Konstruktif dan Dilema Destruktif.
*Hukum-hukum Dilema :
a) Premis
yang berupa disjungsi harus sempurna
b) Bagian-bagian
disjungsi yang disebutkan harus bertentangan secara eksplisit satu dengan
yang lain.
c) Konsekuensi
yang dihasilkan dari masing-masing bagian disjungsi harus bersifat sah.
d) Kesimpulan
yang diturunkan dari premis-premis sebuah dilemma harus merupakan satu-satunya
kesimpulan.
Bab
8
KESESATAN
FORMAL DAN BAHASA
A.
PENGERTIAN SESAT PIKIR
Sesat
pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak
logis,salah arah,dan menyesatkan,suatu gejala berfikir yang salah disebabkan
oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
(Sumaryono,1999).
*Sesat pkir dapat terjadi dalam :
a) Definisi
b) Penggolongan
c) Perlawanan
d) Dalam
mengelolah proposisi majemuk
B.
SUMBER-SUMBER KESESATAN
Dalam
logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata
yang disebut homonym,yaitu kata yang memiliki banyak arti yang dalam logika
biasanya disebut kesalahan sematik atau bahasa. Selain itu, bisa juga karena
prasangka pribadi,pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti,kesalahan
klasifikasi atau penggolongan tidak lengkap atau tumpang-tindih maupun masih
campur aduk.
C.
KESESATAN BERSIFAT SEMATIK/BAHASA
1. Kesesatan
karena Aksen atau Tekanan
2. Kesesatan
Karena Term Ekuivok
3. Kesesatan
karena Arti kiasan (Metafora)
4. Kesesatan
karena Amfiboli
Bab 9
KESESATAN RELEVANSI
A. JENIS
KESESATAN RELEVANSI
1. Argumentum
Ad Hominem
2. Argumentum
Ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
3. Argumentum
Ad Baculum
4. Argumentum
Ad Misericordiam
5. Argumentum
Ad Populum
6. Kesesatan
Non Causa Pro Causa
7. Ignoratio
Elenchi
8. Argumentum
Ad Ignoratiam
9. Kesesatan
Aksidensi
10. Kesesatan
karena komposisi dan Divisi
B. STRATEGI
MENGHINDARI SESAT PIKIR
1. Jeli
dan cermat terhadap berbagai kesalahan dalam menalar, juga supaya kita mampu
mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan tersebut sehingga mungkin kita
selamat dari penalaran palsu.
2. Penelitian
terhadap peranan bahasa dan penggunaaannya
3. Mengupayakan
agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar