Kamis, 16 Februari 2017

Rangkuman Buku Dasar-Dasar Logika

RANGKUMAN
BUKU DASAR-DASAR LOGIKA

Penulis :
Drs. Surajiyo
Drs. Sugeng Astanto, M.Si.
Dra. Sri Andiani





OLEH :
IRMAWATI
16.04.010




SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
TAHUN AJARAN 2016-2017




Bagian Pertama
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LOGIKA

BAB 1
APA ITU LOGIKA ?

A.    PENGERTIAN LOGIKA
1.      Sejarah Perkataan Logika
Perkataan logika diturunkan dari kata sifat logike,bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos,berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara pikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa.
            Nama logika pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 Sebelum Masehi), tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisasi (sekitar permulaan abad ke-3 Sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. (K.Bertens,1975,hml.137-138).
2.      Beberapa Batasan Logika dari Para Filsuf dan Ilmuan
1.      Habullah Bakry
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur tentang penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. Logika juga mempelajari aturan-aturan dan cara berfikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran dan logika mempelajari pekerjaan akal dipandang dari aspek benar atau salah.
2.      N. Drijakara
Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susuna atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
3.      Fudyartanta
Logika adalah ilmu yang mempelajari secara mendalam tentang kebenaran berfikir. Dengan kata lain, logika adalah ilmu radikal tentang berfikir yang benar,supaya hasilnya benar.
4.      Nuril Huda
Logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berfikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang valid dan pemecahan persoalan yang bijaksana.
5.      Ir. Poedjawijatna
Logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari tekhnik berfikir untuk mengetahui bagaimana manusia berfikir dengan semestinya.
6.      A.B Hutabarat dalam bukunya Logika (1967),yang merupakan terjemahan bebas dari karya A. Vloemans dan Regis Jolivet
Logika adalah ilmu berfikir yang tepat,dan sekedar dapat menunjukkan adanya kekliruan di dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakkan,maka hakikat dari logika dapa pula disebut tekhnik berfikir. Sebagai ilmu berfikir yang tepat maka tujuannya adalah untuk memperjelas isi atau komprehensi serta luasnya atau ekstensi dari suatu pengertian atau istilah dengan mempergunakan definisi-definisi yang tajam.

B.     OBJEK LOGIKA
Objek logika adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Yang dibedakan menjadi 2 objek,yaitu :
1.      Onjek material,yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Atau hal yang diselidiki,dipandang atau disoroti suatu yang disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja,baik konkret ataupun hal yang abstrak.
2.      Objek formal,yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau sudut dari mana objek material itu disorot.

C.     SEJARAH LOGIKA
Awal lahirnya logika tidak dapat dilepaskan dari upaya para Yunani. ,ereka berusaha menganalisis kaidah-kaidah berfikir dan menghindari terjadinya kesalahan dalam membuat kesimpulan. Ahli piker yang mempelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya adalah Aristoteles (248-322 SM). Perkembangan logika setelah masa Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridnya, diantaranya Theoprastus dan Porphyrius.
Theoprastus adalah pemimpin aliran peripatetic (warisan gurunya) yang telah menyumbangkan pemikiran tentang pengertianyang mungkin (yaitu pengertian yang tidak mendukung kontradiksi dalam dirinya) dan sifat asasi dari setiap kesimpulan ( harus mengikuti unsur terlemah dalam pangkal pikir).
Phorphyrius adalah seorang ahli piker dari Iskandariah yang amat terkenal dalam bidang logika. Yang telah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika,yang dinamakan eisagoge.
Perkembangan logika juga mengalami kendala.Pada tahun 325 M,dimana Kaisar Konstantin bertakhta, telah berlangsung sidang gereja pertama di dunia, yaitu Nicae yang dihadiri para Bishop dan Patriach. Salah satu keputusan yang diambil adalah membatasi pelajaran logika hanya sampai perihermenias,sedangkan bagian-bagian lain dilarang.
1.      Perkembangan Logika pada Zaman Islam
Upaya untuk mengembangkan logika, tampak dari upaya beberapa filsuf Islam yang aktif menyalin buku-buku karya Aristoteles kedalam bahasa Arab.
Memasuki abad ke-14, banyak reaksi yang muncul terhadap pelajaran tentang logika. Mereka dipandang terlalu memuja akal dalam mencari kebenaran sehingga banyak tuduhan ekstrem kepada pemuja akal ini. Perkembangan logika semakin redup dengan jatuhnya Andalusia pada pertengahan Abad  ke-20 hanya beberapa karya logika yang lahir,diantaraya karya Ibnu Khaldun,Al-Duwani dan Al-Akhdhari.
2.      Perkembangan Logika Di Barat
Petrus ALbertus (1079-1142 M) adalah ahli piker yang mencoba menghidupkan kembali pelajaran logika diperguruan tinggi. Sejarah logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles,sebagai sebuah ilmu tentang hukum berfikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan.

D.    GUNA DAN MANFAAT LOGIKA
Kegunaan logika :
1.      Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara rasional,kritis,lurus,tepat,tertib,metodis,dan koheren.
2.      Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak,cermat,dan objektif
3.      Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan mandiri.
4.      Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan. (Jan Hendrik Rapar,1996).
Manfaat logika :
1.      Teoritis, yaitu logika sebagai ilmu banyak menyajikan dalil-dalil, hukum berfikir logis,dengan demikian logika mengajarkan tentang berfikir yang seharusnya.
2.      Praktis, yaitu akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis) dalam hal imajinasi logis (kemampuan dalam menggambarkan sesuatu yang akan terjadi).

E.     HUBUNGAN LOGIKA DENGAN PSIKOLOGI,BAHASA DAN METAFISIKA
1.      Logika dan Paikologi
Dalam psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Logika sebagai cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaiaman seharusnya).
2.      Logika dan Bahasa
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan. Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar,dan logika menyajikan tata cara dan kaidah berfikir secara lurus dan benar.
3.      Logika dan Metafisika
Metafisika adalah cabang fisafat yang mempelajari hakikat realitas. Dengan demikian bagi logika,metafisika merupakan kritik terhadap dalil-dalil dan hukum-hukumnya.
F.      PEMBAGIA LOGIKA
Pembagian logika,yaitu :
1.      Logika Makna luas dan Logika Makna Sempit
2.      Logika Deduktif dan Logika Induktif
3.      Logika Formal dan Logika Material
4.      Logika Murni dan Logika Terapan
5.      Logika Filsafati dan Logika Matematik.


















BAB 2
UNSUR-UNSUR PENALARAN

A.    PENGERTIAN DAN TERM
Pengertian juga disebut konsep atau ide. Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latih conceptus (kata benda masculinum) yang dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio yang berarti mengambil kedalam dirinya, menerima,mengisap,menampung,menyerap,atau menangkap. Conceptus berarti cerapan,bayangan dalam pikiran,pengertian dan tangkapan. Dalam logika pengertian diartikan sebagai akal manusia mengena suatu objek. Term adalah pernyataan lahiriah dari pengertian.
1.      Komprehensi (Komotasi) dan Eksistensi (Denotasi)
Komprehensi bisa disamakan dengan isi. Eksistensi disamakan dengan kuluasan atau cakupan. Setiap pengertian mempunyai isi dan cakupan. Komprehensi dirumuskan keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term. Sedangkan eksistensi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term.

B.     PEMBAGIAN DAN PENGGOLONGAN
1.      Pembagian
Pembagian dalam logika diartikan memecah belah atau menceraikan secara jelas berbeda ke bagia-bagian dari sesuatu keseluruhan. Keseluruhan dibedakan menjadi keseluruhan logis (menjadi predikat masing-masing bagiannya) dan keseluruhan realis (keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat masing-masing bagiannya).
a.       Macam-macam pembagian
1.      Pembagian logis
a). pembagian universal(term umum dibagi kedalam term khusus).
b). pembagian dikotomi (dua golongan yang saling terpisah).
2.      Pembagian Realis
1.      Pembagian esensial (pememecahbelahan sesuatu hal ke bagian-bagian dasar yang menyusunnya)
2.      Pembagian aksidental (pemecahbelahan sesuatu hal berdasarkan sifat-siafat yang menyertai perwujudannya).
b.      Hukum-Hukum Pembagia
1.      Pembagian harus berjalan menurut sebuah asas tunggal
2.      Pembagian harus lengkap dan tuntas
3.      Pembagian harus jelas terpisah bagian-bagiannya.



2.      Penggolongan
Penggolongan yakni, dari barang-barang,kejadian,fakta,atau proses alam kodrat individu yang beraneka coraknya, menuju kearah keseluruhan yang sistematis dan bersifat umum sampai tercapainya genus yang tertinggi.
a.       Macam – Macam Penggolongan
1.      Penggolongan kodrati ditentukan oleh kodrat,sifat dan atribut yang dapat ditemukan dari bahan-bahan yang tengah diselidiki.
2.      Penggolongan buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang praktis dari seseorang.
3.      Penggolongan diagnostik merupakan gabungan yang tidak sepenuhnya kodrati dan juga tidak sepenuhnya buatan.
b.      Hukum Penggolongan
1.      Penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu
2.      Penggolongan harus sampai tuntas dan jelas
3.      Unsur-unsur sebagai bagian untuk menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu dengan yang lain.
c.       Manfaat penggolongan/klasifikasi
1.      Membantu pikiran untuk melihat sekilas fenomena pengelompokan yang kiranya memiliki banyak variasi.
2.      Memungkinkan pikiran kita untuk memahami benang merah yang terdapat dalam hubungan antara objek yang satu dengan objek lainnya.
3.      Membantu kita untuk memahami benda atau objek.

C.     DEFINISI
Definisi dapat diartikan sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan dengan sesuatu term, atau dengan kata lain definisi adalah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu term.
1.      Macam-Macam Definisi
a.       Definisi Nominalis menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. 6 macam definisi nominalis,yaitu :
1)      Definisi sinonim
2)      Definisi simbolis
3)      Definisi etimologis
4)      Definisi semantic
5)      Definisi stipulatif
6)      Definisi denotative
b.      Definisi Realis
Definisi Realis adalah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh suatu term. Trbagi atas 2 macam :
1)      Definisi Esensial,yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian yang menyusun suatu hal. Dibedakan menjadi :
a.       Definisi analitis
b.      Definisi konotatif
2)      Definisi deskriptif,yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh sesuatu yang didefinisikan. Dibedakan antara :
a.       Definisi aksidental
b.      Definisi kausal
c.       Definisi Praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana. Dibagi menjadi 3 macam :
1.      Definisi opersional
2.      Definisi persuasif
3.      Definisi fungsional

2.      Syarat-Syarat Definisi
1.      Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan.
2.      Sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan hal yang didefinisikan.
3.      Sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan.
4.      Sebuah definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif.
5.      Sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan.

D.    DASAR-DASAR PENALARAN
1.      Logika dan Bahasa
Logika atau berfikir sebagai proses bekerjanya akal merupakam ciri hakiki dari manusia. Hal ini tidak dapat diketahui oleh manusia jika tidak diungkapkan dalam bentuk bahasa. Baha disini merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.
a.       Fungsi Bahasa
1.      Fungsi ekspresif atau emotif tampak pada pencurahan rasa takut serta takjub yang dilakukan pada pemujaan-pemujaan,demikian juga pencurahan seni suara maupun seni sastra.
2.      Fungsi efektif atau praktis tampak jelas untuk menimbulkan efek psikologis terhadap orang lain dan sebgai akibatnya memengaruhi tindakan mereka terhadap kegiatan atau sikap tertentu yang diinginkan.
3.      Fungsi simbolis dipandang dalam arti luas,meliputi fungsi logis serta komunikatif, karena arti dinyatakan dala simbol-simbol bukan untuk menyatakan fakta saja, tetapi juga untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
b.      Bahasa dalam Logika
Pemikiran manusia dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa,meskipun tidak semua yang dipikirkan manusia dapat diungkapkan dengan tuntas. Kalimat berita atau deklaratif dalam logika dinamakan pernyataan. Penilaian benar atau salah dalam logika didasarkan atas pertimbangan akal. Pernyataan dalam logika di tinjau dari bentuk hubungan makna yang dikandungnya maka pernyataan disamakan dengan proposisi walaupun ada sedikit perbedaan namun pada umumnya sama. Proposisi pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu proposisi tunggal,proposisi katrgoris,dan proposisi majemuk.

2.      Prinsip – Prinsip Penalaran
a.       Prinsip identitas
b.      Prinsip kontradiksi
c.       Prinsip eksklusi tertii
d.      Prinsip cukup alasan.














Bagian Kedua
PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS

BAB 3
PENALARAN LANGSUNG DAN PROPOSISI KATEGORIS

Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Penalaran terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung.
A.    PENGERTIAN PROPOSISI KATEGORIS
Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah.
Unsur- unsur dalam proposisi kategoris sebagai berikut :
1.      Term sebagai subjek, hal yang diterangkan (S)
2.      Term sebagai predikat,hal yang menerangkan (P)
3.      Kopula, hal yang mengunkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat,dapat mengiyakan atau mengingkari ,yang menunjukkan kualitas pernyataan.
4.      Kuantor, pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek,
Dalam proposisi kategoris, jenis proposisi kategoris kuantitas dan kualitas kemudian digabungkan. Dan menghasilkan 4 proposisi katergoris, yaitu :
1.      Proposisi Universal Afirmatif
2.      Proposisi Universal Negatif
3.      Proposisi Partikular Afirmatif
4.      Proposisi Partikular Negatif

B.     PENALARAN PROPOSISI KATEGORIS
1.      Penalaran Perlawanan/Oposisi
Penalaran Perlawanan atau Oposisi adalah sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung dengan membandingkan antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dalam term yang sama,tetapi bisa berbeda kuantitas ataupun kualitasnya untuk menentukan kesahihan sebuah proposisi. Penalaran oposisi ada 4 macam, yakni Kontraris,Kontradiksi,Subkontraris,dan Subalternasi.


Hukum Penalaran Oposisi
1.      Perlawanan kontradiksi (A-O dan I-E)
*jika satu benar,maka yang lain tentu salah
*jika yang salah satu,yang lain tentu benar
*tidak ada kemungkinan ketiga
2.      Perlawanan Kontrasisi (A-E)
*jika yang satu benar,yang lain tentu salah
*jika yang satu salah, yang lain dapat benar,tetapi juga dapat salah.
*ada kemungkinan ketiga, yakni kedeuanya sama-sama salah.
3.      Perlawanan Subkontraris (I-O)
*tidak mungkin kedua-duanya salah
*bisa pula kedua-duanya benar.
4.      Perlawana Subalternasi (A-I dan E-O)
*jika A benar maka I pun benar
*jika I benar, belum tentu A benar
*jika E benar, O pun benar
*jika O benar, belum tentu E benar

2.      Penalarn Eduksi
Penalaran eduksi merupakan bentuk penalaran langsungdari suatu proposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama. Edukasi dapat dibagi menjadi 3, yaitu konversi,inversi,dan kontraposisi.
Jika dianalisis subjek dan predikat,ada 7 proposisi kategoris sebagai berikut :
1.      Proposisi Universal Afirmatif Ekuivalen
2.      Proposisi Universal Afirmatif Implikasi
3.      Proposisi Universal Negatif Eksklusif
4.      Proposisi Partikular Afirmatif Inklisif
5.      Proposisi Partikular
6.      Proposisi Partikular negative Inklusif
7.      Proposisi Partikular Negarif Implikasi
Penalaran Eduksi terbagia atas 3 ,yakni :
1.      Konversi adalah jenis penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat tanpa mengubah makna.
2.      Inversiadalah jenis penyimpulan langsung dengan cara menegasikan (mengingkari) subjek dan predikat ada proposisi.
3.      Kontraposisi adalah jenis penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat serta menegasikannya.
BAB 4
PENALARAN TIDAK LANGSUNG PROPOSISI KATEGORIS

Penalaran tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan atas dua proposisi atau lebih sebagai premis kemudian disimpulkan. Penalaran tidak langsung ada tiga,yakni induksi,deduksi,dan penyimpulan kausal.
A.    INDUKSI
Aristoteles mendefinisikan induksi,yaitu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individu kepada yang bersifat universal. Di sini premisnya berupa proposisi-proposisi singular,sedangkan kesimpulannya sebuah proposisi universal yang berlaku secara umum. Maka induksi dalam bentukan ini disebut generalisasi.
*Ciri-ciri Induksi,yaitu :
1.      Premis-premis dari induksi adalah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indra atau proposisi dasar. Proposisi dasar menunjuk kepada fakta.
2.      Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas daripada ada yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.
3.      Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional. Kredibilitas rasional disebut probabilitas.
*Syarat-Syarat Generalisasi
Penalaran yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dan premis-premis yang berupa proposisi empiris itu disebut generalisasi.
Generalisasi menurut Soekadijo (1994) harus memenuhi 3 syarat sebagai berikut :
1.      Generalisasi harus tidak terbatas secara numeric
2.      Generalisasi harus tiak terbatas secara spasio-temporal,artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
3.      Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.

*Bentuk Generalisasi Induksi
Dalam induksi, tidak ada kesimpulan yang mempunyai nilai kebenaran yang pasti. Yang ada hanya kesimpulan dengan probabilitas terendah atau tinggi.


Soekadijo (1994) berpendapat factor-faktor probabilitas yaitu :
1.      Makin beasar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induksi,makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
2.      Makin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, makin rendah probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
3.      Makin besar jumlah faktor disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
4.      Semakin luas kesimpulannya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya.

B.     DEDUKSI
Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih. Dalam deduktif, hasil usaha itu berupa ketentuan mengenai deduksi yang shahih, yaitu bentuk deduksi, yang kalau premisnya benar, kesimpulannya tentu juga benar.

C.     PENYIMPULAN KAUSAL
Penyimpulan kausal banyak digunakan, baik dalam perenungan filsafati maupun dalam penelitian ilmiah, yaitu penarikan kesinpulan yang didasarkan atas hubungan sebab akibat. Metode kausal dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1.      Metode persesuaian disebut jugametode persamaan
2.      Metode perbedaan
3.      Metode gabungan persesuaian dan perbedaan
4.      Metode sisa
5.      Metode perubahan seiring.














BAB 5
SILOGISME KATEGORIS

A.    PENGERTIAN SILOGISME KATEGORIS
Silogisme adalah prosesmenggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Silogisme kategoris berarti argument yang terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan (premis), satu menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi).
Seluruh argument mengandung tiga proposisi, yakni:
1.      Pengertian yang menjadi subjek (S) kesimpulan disebut term minor.
2.      Pengertian yang menjadi predikat (P) kesimpulan disebut term mayor.
3.      Pengertian yang tidak terdapat dalam kesimpulan, tetapi terdapat dalam kedua premis disebut term antara/pembanding (M).

B.     BENTUK DAN MODUS SILOGISME
Silogisme dibedakan menjadi 4 pola, yaitu :
1.      Silogisme Sub-Pre
2.      Silogisme Bis-Pre
3.      Silogisme Bis-Sub
4.      Silogisme Pre-Sub

C.     BENTUK SILOGISME YANG SAHIH
Susuna silogisme ada 64, tentu saja tidak semuanya sahih. Beberapa susunan silogisme yang sahih itu diberi nama dengan menggunakan ketiga huruf yang melambangkan bentuk proposisi mayor,minor, dan kesimpulan. Berikut ini susuna silogisme yang sahih dengan nama-namanya :
1.      Bentuk Silogisme Sub-Pre :
a.       Premis minor harus afirmatif;
b.      Premis mayor harus universal.
2.      Bentuk silogisme Bis-Pre
a.       Salah satu premis harus negative
b.      Premis mayor harus universal
3.      Bentuk silogisme Bis-Sub
a.       Premis minor harus afirmatif
b.      Kesimpulan harus particular
4.      Bentuk silogisme Pre-Sub
a.       Jika premis mayor afirmatif, premis minor harus universal
b.      Jika premis minor afirmatif,kesimpulan harus particular
c.       Jika salah satu premis negative, premis mayor harus universal.

D.    HUKUM DASAR PENYIMPULAN SILOGISME KATEGORIS
Untuk menentukan ketepatan dan kepastian kesimpulan,harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang langsung berbentuk rumusan silogisme berkesimpulan tepat dan pasti. Aturan itu disebut hukum dasar penyimpulan yang muncul dari hakikat silogisme itu. Aturan itu adalah :
1.      Dua hal yang sama,apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga,yang lain pun pasti sama.
2.      Dua hal yang sama,apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ke tiga, sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya.
3.      Antara dua hal,apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ke tiga,dua hal itu berbeda.
4.      Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan keseluruhan maka diakui pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
5.      Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
6.      Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka meliputi pula bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
7.      Apabila sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula olrh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.

E.     METODE PRAKTIS PENYIMPULAN SILOGISME KATERGORIS
1.      Proposisi Universal Afirmatif Equivalent
2.      Proposisi Universal Afirmatif Implikasi
3.      Proposisi Universal Negatif
4.      Proposisi Partikular Afirmatif Inklusif
5.      Proposisi Partikular Afirmatif Implikasi
Proposisi particular negative inklusif dan proposisi particular negative implikasi, jika dibuat dalam diagram himpunan,bentuknya sama dengan proposisi particular afirmatif inklusif dan implikasi. Oleh karena itu, praktisnya ada lima proposisi yang diolah dalam silogisme.



F.      KAIDAH-KAIDAH DALAM SILOGISME KATEGORIS
Terdapat 8 kaidah yang berlaku dalam penyusunan silogisme kategoris. Masing- masing 4 menyangkut term dan 4 menyangkut proposisi. Kaidah-kaidah tersebut sebagai berikut :
1.      Term
a.       Silogisme tidak boleh mengandung kurang atau lebih dari 3 term (minor,mayor,menengah).
b.      Term antara (pembanding) tidak boleh masuk kedalam kesimpulan
c.       Term subjek dan predikat dala kesimpulan tidak boleh lebih luas dari term premis
d.      Term antara (pembanding) harus sekurang-kurangnya satu kali uncul sebagai term atau pengertian universal.
2.      Proposisi
a.       Apabila kedua premis positif maka kesimpulannya harus positif
b.      Kedua premis tidak boleh negative. Premis yang keduanya negative tidak dapat melahirkan kesimpulan.
c.       Kedua premis tidak boleh particular,setidak-tidaknya salah satu harus universal
d.      Kesimpulan harus mengikuti premis yang paling lemah.

G.    SILOGISME TIDAK BERATURAN
1.      Entimema
Entimema adalah suatu bentuk silogisme yang hanya menyebutkan premis atau kesimpulan saja atau keduanya tetapi ada satu premis yang tidak dinyatakan.
2.      Epikheirema
Epikheirema adalah suatu bentuk silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai dangan alasan. Premis yang disertai dengan alasan itu sebenarnya merupakan kesimpulan dari silogisme tersendiri.
3.      Sorites
Sorite adalah suatu bentuk silogisme yang premisnya berkait-kaitan lebih dari 2 proposisi,sehingga kesimpulannya berbentuk hubungan antara salah satu term proposisi pertama dengan salah satu term proposisi terakhir yang keduamya buka term pembanding.
4.      Polisilogisme
Polisilogisme adalah suatu bentuk penyimpulan berupa berkaitan silogisme,sehingga ksesimpulan silogisme sebelumnya selalu menjadi premis pada silogisme berikutnya.








Bagian Ketiga
SISTEM NILAI KEBENARAN

BAB 6
PENGOLAHAN PROPOSISI MAJEMUK

A.    PENGERTIAN PROPOSISI MAJEMUK DAN TABEL KEBENARANNYA
Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi majemuk dapat dibedakan menjadi 3,yaitu propsisi hipotesisi,proposisi disjungtif,dan proposisi konjungtif.
1.      Proposisi Hipotesis
Proposisi hipotesis adalah pernyataan yang tersdiri atas dua bagian, yang hubungan kedua bagian itu adalah ketergantungan yang satu sebagai entesenden (premis) yang satu sebagai konsekuaen (kesimpulan). Proposisi hipotesis terbagi atas 2 :
a.       Proposisi Hipotesisi Kondisional (ditandai dengan “jika…maka…”)
b.      Proposisi Hipotesis Bikondisional (ditandai dengan “jika dan hanya jika…maka…”)
2.      Proposisi Disjungtif
Proposisi ini ditandai dengan “atau”. Proposisi dibagi menjadi 3 macam,yaitu :
a.       Disjungsi Eksklusif (ditandai dengan “atau”)
b.      Disjungdi Inklunsif (ditandai dengan ‘dan atau’ salah satu keduanya dapat benar,tidak bisa keduanya salah.
c.       Disjungsi Alterntif menegaskan bahwa dua predikat dihubungkan dengan subjek yang sama. Yang ditandai dengan “…dan…”.
3.      Proposisi Konjungtif
Proposisi majemuk yang menegaskan bahwa dua predikat dihubungkan dengan subjek yang sama. Proposisi ini ditandai dengan “…dan…”.











Bab 7
SILOGISME MAJEMUK DAN DILEMA

A.    PENGERTIAN SILOGISME MAJEMUK
Silogisme pada umumnya adalah suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua pernyataan yang melahirkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya. Silogisme majemuk dapat didefinisikan suatu bentuk penyimpulan berdasarkan hubungan dua pernyataan,yang salah diantaranya merupakan pernyataan atas hubungan dua bagian sebagai premis mayor yang dapat mewujudkan pernyataan lain sebagai kesimpulannya.
B.     BENTUK SILOGIS MAJEMUK
1.      Modus Ponendo Ponen (MPP)
2.      Modus Tolendo Tolen
3.      Modus Tolendo Ponen
4.      Modus Ponendo Tolen

C.     MACAM-MACAM SILOGISME MAJEMUK
1.      Silogisme Hipotesis Disjungtif Inklusif
2.      Silogisme Hipotesis Disjungtif Eksekutif
3.      Silogisme Hipotesis Konjungtif
4.      Silogisme Hipotesis Kondisional
5.      Silogisme Hipotesis Bikondisional

D.    DILEMA
Dilema adalah suatu silogisme yang terdiri atas dua pilihan serba salah. Macam-macam dilema : Dilema Konstruktif dan Dilema Destruktif.
*Hukum-hukum Dilema :
a)      Premis yang berupa disjungsi harus sempurna
b)      Bagian-bagian disjungsi yang disebutkan harus bertentangan secara eksplisit satu dengan yang     lain.
c)      Konsekuensi yang dihasilkan dari masing-masing bagian disjungsi harus bersifat sah.
d)     Kesimpulan yang diturunkan dari premis-premis sebuah dilemma harus merupakan satu-satunya kesimpulan.


Bab 8
KESESATAN FORMAL DAN BAHASA

A.    PENGERTIAN SESAT PIKIR
Sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis,salah arah,dan menyesatkan,suatu gejala berfikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. (Sumaryono,1999).
*Sesat pkir dapat terjadi dalam :
a)      Definisi
b)      Penggolongan
c)      Perlawanan
d)     Dalam mengelolah proposisi majemuk

B.     SUMBER-SUMBER KESESATAN
Dalam logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata yang disebut homonym,yaitu kata yang memiliki banyak arti yang dalam logika biasanya disebut kesalahan sematik atau bahasa. Selain itu, bisa juga karena prasangka pribadi,pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti,kesalahan klasifikasi atau penggolongan tidak lengkap atau tumpang-tindih maupun masih campur aduk.

C.     KESESATAN BERSIFAT SEMATIK/BAHASA
1.      Kesesatan karena Aksen atau Tekanan
2.      Kesesatan Karena Term Ekuivok
3.      Kesesatan karena Arti kiasan (Metafora)
4.      Kesesatan karena Amfiboli





Bab 9
KESESATAN RELEVANSI

A.    JENIS KESESATAN RELEVANSI
1.      Argumentum Ad Hominem
2.      Argumentum Ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
3.      Argumentum Ad Baculum
4.      Argumentum Ad Misericordiam
5.      Argumentum Ad Populum
6.      Kesesatan Non Causa Pro Causa
7.      Ignoratio Elenchi
8.      Argumentum Ad Ignoratiam
9.      Kesesatan Aksidensi
10.  Kesesatan karena komposisi dan Divisi

B.     STRATEGI MENGHINDARI SESAT PIKIR
1.      Jeli dan cermat terhadap berbagai kesalahan dalam menalar, juga supaya kita mampu mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan tersebut sehingga mungkin kita selamat dari penalaran palsu.
2.      Penelitian terhadap peranan bahasa dan penggunaaannya
3.      Mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar